Nov 17, 2010

APLIKASI ILMU MANAJEMEN DALAM KEHIDUPAN

BAB I . Pendahuluan
pemahaman kepada kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam meneliti, menganalisis Ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan manajerial. Yang dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Perkembangan ilmu manajemen yang semakin pesat melahirkan sebuah prinsip – prinsip manajemen yang baik. Dalam rangka menunjang kemajuan perkembangan sistem perguruan tinggi yang baik. Penerapan prinsip manajemen mutu perguruan tinggi sangatlah dibutuhkan, untuk menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan.

Agar penerapan prinsip manajemen mutu dalam suatu institusi perguruan tinggi menjamin terlaksananya perbaikan mutu secara berkelanjutan. Institusi harus menyusun sistem mutu dalam bentuk pedoman mutu (Quality Manual), tertulis sebagai acuan bagi semua orang yang terlibat dalam pencapaian standar-standar kinerja mutu yang ditetapkan.
Implementasi sistem manajemen mutu harus diaudit secara berkala dalam rangka memperoleh masukan untuk manajemen review untuk penyempurnaan sistem itu sendiri
Sistem manajemen mutu yang diimplementasikan dengan komitmen yang konsisten, akan memberikan manfaat dan kesuksesan bagi semua pemangku kepentingan dalam institusi perguruan tinggi tersebut. Sehingga untuk mencapai manfaat dan kesuksesan tersebut harus dilandasi dengan beberapa prinsip manajemen mutu yang sudah ditetapkan.
II . isi


Mahasiswa adalah tonggak dari sebuah perubahan. Suatu istilah yang tentunya sudah tidak asing lagi kita dengar, yaitu bahwa “Mahasiswa Sebagai Agent Of Change/Agen Perubahan”. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sejarah sebuah bangsa. Pemikiran kritis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi rakyat kepada penguasa, dengan cara mereka sendiri.

Peran mahasiswa sangatlah nyata bagi sebuah perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diamana peran mahasiswa itu sendiri diantaranya: 1) sebagai penganalisa, pemberi solusi terhadap fenomena ataupun peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, 2) sebagai pengamat dan pengontrol terhadap kebijakan dan keputusan pemerintah, 3) sebagai penyambung lidah atau penyampai aspirasi masyarakat kampus pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, 4) sebagai penyampai kebenaran, 5) sebagai agen perubahan (agent of change), 6) sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa.
Disamping itu semua, ada kisah yang menarik dalam kehidupan mahasiswa. Kehidupan yang menarik itu adalah kehidupan yang identik dengan kehidupan kos-kosan. Walaupun kondisi anak kos yang selalu identik dengan keprihatinan seperti yang ada dalam benak sebagian orang. Namun itu tidak semuanya benar. Karena ternyata masih ada diantara mereka yang sanggup merasakan kehidupan yang glamor dengan fasilitas dan kebutuhan yang selalu berkecukupan. Namun, jumlahnya tidak lebih banyak dari mereka yang kondisi ekonomi kosnya pas-pasan. Besar kecilnya pemasukan bergantung pada kiriman dari orang tua. Jika jatah dari orang tua habis sebelum akhir bulan, maka mulailah para anak kos ini beraksi untuk mencari pinjaman kepada teman yang dianggap lebih mampu. Tidak jarang sebagian dari mereka ada yang berhutang di kantin kampus atau warung ibu kos. Bulan berikutnya kembali berhutang, hanya berpindah dari satu teman ke teman lain.


Bagaimana jika teman sudah habis menjadi korban pinjaman? Langkah kedua adalah menjual aset berharga, mulai dari baju, tas, sepatu, dispenser, rice coocker, lemari, HP, dan bahkan sampai komputer. Jika dari kedua usaha di atas ternyata uang yang didapat belum mampu mencukupi kebutuhannya, maka ditempuhlah cara yang ketiga, yaitu memangkas pos pengeluaran yang penting. Misalnya, jatah pembelian buku, biaya makan, ongkos praktikum. Bahkan ada sebagian mahasiswa yang berani menggadaikan surat kendaraannya demi untuk memperoleh uang guna mencukupi kehidupannya di kos. Inilah manajemen kehidupan anak kos yang hidup dalam kondisi serba kekurangan. Disatu sisi kebutuhan hidup kian meningkat dan mau tidak mau harus segera dipenuhi dan disisi lain biaya kuliah yang terus membumbung tinggi dan harus segera dilunasi.

Kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang kondisi ekonomi dan kehidupan orang tuanya berada di kelas menengah ke atas, tentunya keadaan seperti ini tidak menjadi msalah. Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang orang tuanya serba kekurangan.

Bagi mahasiswa ataupun mahasiswi yang masih mengandalkan kiriman uang dari orang tua, yang ekonomi orang tuanya menduduki kelas menengah ke bawah, keseharian mereka harus membagi dua fikiran dan konsentrasi belajarnya yang tidak mengenal tempat, saat belajar di ruang kuliah ataupun saat berada di kos-kosan. Di satu sisi mereka memikirkan kuliah yang semakin hari tugas semakin menumpuk apalagi jika sudah mendekati ujian tengah semester (UTS) ataupun ujian akhir semester (UAS). Seakan -akan tidak memberikan kesempatan lagi kepada otak untuk refressing. Disisi lain, mahasiswa ataupun mahasiswi ini harus memikirkan kondisi fisik orang tuanya yang semakin hari semakin lemah dan tentunya ekonomi orang tuanya pun juga ikut melemah. Apalagi bagi mereka yang orang tuanya tidak memiliki penghasilan tetap ataupun penghasilan sampingan. Keadaan seperti ini tentunya akan sengat mengganggu konsentrasi belajar para anak kos ini.



Namun ironisnya, manajemen kehidupan anak kos seperti di atas secara sadar dan bangga diadopsi oleh para mahasiswa dan mahasiswi Indonesia tidak terkecuali para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung ini. Mereka d engan sadar dan senang hati menjalani kehidupan seperti ini, tanpa mau berusaha untuk mencari solusi dan jalan keluar terhadap masalah yang selama ini mereka hadapi.

Jika kita mau merenung dan berfikir sejenak, tentunya akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari dalam benak kita. Mengapa semua ini menimpa kehidupan mahasisw a ataupun mahasiswi sebagai salah satu tonggak perubahan negeri ini? Mengapa kon disi ini terjadi di negeri yang kaya raya dengan sumber daya alamnya dan di negeri yang pernah mendapat julukan “Jamrud Katulistiwa” ini?
III . kesimpulan

Ada tiga perspektif yang bisa kita gunakan untuk menguraikan problematika yang kehidupan mahasiswa sebagai anak kos-kosan ini dan tentunya berawal dari kehidupan orang tuanya sebagai masyarakat (warga Negara) Indonesia.

Perspektif pertama, perspektif ekonomi hyang diajukan para ekonom, yang menyatakan bahwa, segala krisis yang terjadi adalah akibat fundamental ekonomi Indonesia yang lemah. Sehingga mereka mengajukan solusi untuk restrukturisasi utang luar negeri, meningkatkan ekspor, dan solusi lainya. Hal ini telah dilakukan tetapi tidak menyelesaikan masalah.

Perspektif kedua, perspektif politik. Penganut perspektif ini mengatakan bahwa, krisis yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh rusaknya tatanan ekonomi, namun lebih disebakan oleh rusaknya tatanan politik, yang berefek pada tidak demokratisnya pemerintah. Beranjaknya dari analisis ini maka demokratisasi dilakukan di segala bidang, pemilihan presiden bahkan sampai pemilihan kepala daerah telah dilakukan secara langsung. Namun, ternyata hasilnya sampai saaat ini belum mampu menyelesaikan kris is multidimensional yang terjadi.

Perspektif ketiga adalah perspektif filosofi radikal. Teori ini mem andang bahwa krisis multidimensional yang terjadi saat ini bukanlah semata-mata disebabkan oleh rapuhnya tatanan ekonomi dan rusaknya sistem perpolitikan, namun semu a krisis ini disebabkan oleh rapuhnya idiologi Negara. Sehingga b erimbas pada kesalahan penerapan sistem. Sistem yang diterapkan saat ini bukanlah sistem yang ideal namun sistem yang cacat sejak lahir dan bersifat self destructive yaitu tatanan sistem kapitalis me-sekuler. Sehingga solusi fundamental untuk menyelesaikan problem kehidupan mahasiwa ataupun mahasiswi serta masyarakat saat ini adalah mengganti sistim sekuler dengan sistem yang baru.

Kegagalan dalam sistem kapitalisme tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun terjadi pula di Negara yang menjadi pengusung sistim ini yaitu Amerika Serikat (AS). Sebuah pilihan yang bijak ketika mengarahkan perubahan sistem tersebut ke arah penerapan Syari’at Islam. Islam adalah satu-satunya idiologi yang mampu memancarkan kemuliaan, bahkan mempersatukan dua per tiga belahan dunia, dan mampu bertahan selama 1300 tahun. Serta berhasil memberi rahmat kepada alam, bukan hanya kepada orang islam semata. Sistem kapitalisme di bawah pimpinan Amerika Serikat belum mampu menyaingi kejayaan sistem Islam. Agama Islam memberikan gambaran-gambaran jika Syari’at Islam telah diterapkan di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Mahasiswa adalah tonggak dari sebuah perubahan. Suatu istilah yang tentunya sudah tidak asing lagi kita dengar, yaitu bahwa “Mahasiswa Sebagai Agent Of Change/Agen Perubahan”. Mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sejarah sebuah bangsa. Pemikiran kritis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi rakyat kepada penguasa, dengan cara mereka sendiri.

Peran mahasiswa sangatlah nyata bagi sebuah perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diamana peran mahasiswa itu sendiri diantaranya: 1) sebagai penganalisa, pemberi solusi terhadap fenomena ataupun peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, 2) sebagai pengamat dan pengontrol terhadap kebijakan dan keputusan pemerintah, 3) sebagai penyambung lidah atau penyampai aspirasi masyarakat kampus pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, 4) sebagai penyampai kebenaran, 5) sebagai agen perubahan (agent of change), 6) sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa.
Disamping itu semua, ada kisah yang menarik dalam kehidupan mahasiswa. Kehidupan yang menarik itu adalah kehidupan yang identik dengan kehidupan kos-kosan. Walaupun kondisi anak kos yang selalu identik dengan keprihatinan seperti yang ada dalam benak sebagian orang. Namun itu tidak semuanya benar. Karena ternyata masih ada diantara mereka yang sanggup merasakan kehidupan yang glamor dengan fasilitas dan kebutuhan yang selalu berkecukupan. Namun, jumlahnya tidak lebih banyak dari mereka yang kondisi ekonomi kosnya pas-pasan. Besar kecilnya pemasukan bergantung pada kiriman dari orang tua. Jika jatah dari orang tua habis sebelum akhir bulan, maka mulailah para anak kos ini beraksi untuk mencari pinjaman kepada teman yang dianggap lebih mampu. Tidak jarang sebagian dari mereka ada yang berhutang di kantin kampus atau warung ibu kos. Bulan berikutnya kembali berhutang, hanya berpindah dari satu teman ke teman lain.


Bagaimana jika teman sudah habis menjadi korban pinjaman? Langkah kedua adalah menjual aset berharga, mulai dari baju, tas, sepatu, dispenser, rice coocker, lemari, HP, dan bahkan sampai komputer. Jika dari kedua usaha di atas ternyata uang yang didapat belum mampu mencukupi kebutuhannya, maka ditempuhlah cara yang ketiga, yaitu memangkas pos pengeluaran yang penting. Misalnya, jatah pembelian buku, biaya makan, ongkos praktikum. Bahkan ada sebagian mahasiswa yang berani menggadaikan surat kendaraannya demi untuk memperoleh uang guna mencukupi kehidupannya di kos. Inilah manajemen kehidupan anak kos yang hidup dalam kondisi serba kekurangan. Disatu sisi kebutuhan hidup kian meningkat dan mau tidak mau harus segera dipenuhi dan disisi lain biaya kuliah yang terus membumbung tinggi dan harus segera dilunasi.

Kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang kondisi ekonomi dan kehidupan orang tuanya berada di kelas menengah ke atas, tentunya keadaan seperti ini tidak menjadi msalah. Kondisi ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan mahasiswa ataupun mahasiswi yang orang tuanya serba kekurangan.

Bagi mahasiswa ataupun mahasiswi yang masih mengandalkan kiriman uang dari orang tua, yang ekonomi orang tuanya menduduki kelas menengah ke bawah, keseharian mereka harus membagi dua fikiran dan konsentrasi belajarnya yang tidak mengenal tempat, saat belajar di ruang kuliah ataupun saat berada di kos-kosan. Di satu sisi mereka memikirkan kuliah yang semakin hari tugas semakin menumpuk apalagi jika sudah mendekati ujian tengah semester (UTS) ataupun ujian akhir semester (UAS). Seakan -akan tidak memberikan kesempatan lagi kepada otak untuk refressing. Disisi lain, mahasiswa ataupun mahasiswi ini harus memikirkan kondisi fisik orang tuanya yang semakin hari semakin lemah dan tentunya ekonomi orang tuanya pun juga ikut melemah. Apalagi bagi mereka yang orang tuanya tidak memiliki penghasilan tetap ataupun penghasilan sampingan. Keadaan seperti ini tentunya akan sengat mengganggu konsentrasi belajar para anak kos ini.



Namun ironisnya, manajemen kehidupan anak kos seperti di atas secara sadar dan bangga diadopsi oleh para mahasiswa dan mahasiswi Indonesia tidak terkecuali para mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung ini. Mereka d engan sadar dan senang hati menjalani kehidupan seperti ini, tanpa mau berusaha untuk mencari solusi dan jalan keluar terhadap masalah yang selama ini mereka hadapi.

Jika kita mau merenung dan berfikir sejenak, tentunya akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari dalam benak kita. Mengapa semua ini menimpa kehidupan mahasisw a ataupun mahasiswi sebagai salah satu tonggak perubahan negeri ini? Mengapa kon disi ini terjadi di negeri yang kaya raya dengan sumber daya alamnya dan di negeri yang pernah mendapat julukan “Jamrud Katulistiwa” ini?
III . kesimpulan

Ada tiga perspektif yang bisa kita gunakan untuk menguraikan problematika yang kehidupan mahasiswa sebagai anak kos-kosan ini dan tentunya berawal dari kehidupan orang tuanya sebagai masyarakat (warga Negara) Indonesia.

Perspektif pertama, perspektif ekonomi hyang diajukan para ekonom, yang menyatakan bahwa, segala krisis yang terjadi adalah akibat fundamental ekonomi Indonesia yang lemah. Sehingga mereka mengajukan solusi untuk restrukturisasi utang luar negeri, meningkatkan ekspor, dan solusi lainya. Hal ini telah dilakukan tetapi tidak menyelesaikan masalah.

Perspektif kedua, perspektif politik. Penganut perspektif ini mengatakan bahwa, krisis yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh rusaknya tatanan ekonomi, namun lebih disebakan oleh rusaknya tatanan politik, yang berefek pada tidak demokratisnya pemerintah. Beranjaknya dari analisis ini maka demokratisasi dilakukan di segala bidang, pemilihan presiden bahkan sampai pemilihan kepala daerah telah dilakukan secara langsung. Namun, ternyata hasilnya sampai saaat ini belum mampu menyelesaikan kris is multidimensional yang terjadi.

Perspektif ketiga adalah perspektif filosofi radikal. Teori ini mem andang bahwa krisis multidimensional yang terjadi saat ini bukanlah semata-mata disebabkan oleh rapuhnya tatanan ekonomi dan rusaknya sistem perpolitikan, namun semu a krisis ini disebabkan oleh rapuhnya idiologi Negara. Sehingga b erimbas pada kesalahan penerapan sistem. Sistem yang diterapkan saat ini bukanlah sistem yang ideal namun sistem yang cacat sejak lahir dan bersifat self destructive yaitu tatanan sistem kapitalis me-sekuler. Sehingga solusi fundamental untuk menyelesaikan problem kehidupan mahasiwa ataupun mahasiswi serta masyarakat saat ini adalah mengganti sistim sekuler dengan sistem yang baru.

Kegagalan dalam sistem kapitalisme tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun terjadi pula di Negara yang menjadi pengusung sistim ini yaitu Amerika Serikat (AS). Sebuah pilihan yang bijak ketika mengarahkan perubahan sistem tersebut ke arah penerapan Syari’at Islam. Islam adalah satu-satunya idiologi yang mampu memancarkan kemuliaan, bahkan mempersatukan dua per tiga belahan dunia, dan mampu bertahan selama 1300 tahun. Serta berhasil memberi rahmat kepada alam, bukan hanya kepada orang islam semata. Sistem kapitalisme di bawah pimpinan Amerika Serikat belum mampu menyaingi kejayaan sistem Islam. Agama Islam memberikan gambaran-gambaran jika Syari’at Islam telah diterapkan di bawah naungan Khilafah Islamiyah.

IV . daftar pustaka
http://www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen

No comments:

Post a Comment